Rabu, 19 Desember 2018

KRITIK ARSITEKTUR DESKRIPTIF



A.    Definisi
Bersifat tidak menilai, tidak menafsirkan, atau semata-mata membantu orang melihat apa yang sesungguhnya ada. Kritik ini berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut sesuatu lingkungan tertentu. Dibanding metode kritik lain kritik deskriptif tampak lebih nyata (factual).
• Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota.
• Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu   kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
• Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya.
• Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.

B.    Metode
           1.      Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
Depictive cenderung tidak dipandang sebagai sebuah bentuk kritik karena ia tidak didasarkan pada pernyataan baik atau buruk sebuah bangunan. Sebagaimana tradisi dalam kritik kesenian yang lain, metode ini menyatakan apa yang sesungguhnya ada dan terjadi disana. Masyarakat cenderung memandang dunia sesuai dengan keterbatasan pengalaman masa lalunya, maka melalui perhatian yang jeli terhadap aspek tertentu bangunan dan menceritakan kepada kita apa yang telah dilihat, kritik depiktif telah menjadi satu metode penting untuk membangkitkan satu catatan pengalaman baru seseorang. Kritik depiktif tidak butuh pernyataan betul atau salah karena penilaian dapat menjadi bias akibat pengalaman seseorang di masa lalunya. Kritik depiktif lebih mengesankan sebagai seorang editor atau reporter, yang menghindari penyempitan atau perluasan perhatian terhadap satu aspek bangunan agar terhindar dari pengertian kritikus sebagai interpreter atau advocate.

          2.      Static (Secara Grafis)
Depictive criticism dalam aspek static memfocuskan perhatian pada elemen-elemen, bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture). Penelusuran aspek static dalam depictive criticism seringkali digunakan oleh para kritikus untuk memberi pandangan kepada pembaca agar memahami apa yang telah dilihatnya sebelum menentukan penafsiran terhadap apa yang dilihatnya kemudian. Penggunaan media grafis dalam depictive critisim dapat dengan baik merekam dan mengalihkan informasi bangunan secara non verbal tanpa kekhawatiran terhadap bias. Aspek static depictive criticism dapat dilakukan melalui beberapa cara survey antara lain : fotografi, diagram, pengukuran dan deskripsi verbal (kata-kata).

           3.      Dynamic (Secara Verbal)
Tidak seperti aspek static, aspek dinamik depictive mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik? Bagaimana bangunan dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang ada didalamnya dan disekitarnya.

           4.      Process (Secara Prosedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu. Bila kritik yang lain dibentuk melalui pengkarakteristikan informasi yang datang ketika bangunan itu telah ada, maka kritik depiktif (aspek proses) lebih melihat pada langkah-langkah keputusan dalam proses desain yang meliputi :
·         Kapan bangunan itu mulai direncanakan,
·         Bagaimana perubahannya,
·         Bagaimana ia diperbaiki,
·         Bagaimana proses pembentukannya.

             5. Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-karyanya secara spesifik. Sejak Renaisance telah ada sebagian perhatian pada kehidupan pribadi sang artis atau arsitek dan perhatian yang terkait dengan kejadian-kejadian dalam kehidupannya dalam memproduksi karya atau bangunan. Misalnya, bagaimana pengaruh kesukaan Frank Lyod Fright waktu remaja pada permainan Froebel Bloks (permainan lipatan kertas) terhadap karyanya? Bagaimana pengaruh karier lain Le Corbusier sebagai seorang pelukis? Bagaimana pengaruh hubungan Eero Sarinen dengan ayahnya yang juga arsitek. Informasi seperti ini memberi kita kesempatan untuk lebih memahami dan menilai bangunan-bangunan yang dirancangnya.
6. Contextual Criticism ( Persitiwa)
Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, politikal, dan ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak kontroversial tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.

      C.     Kelebihan Kritik Deskriptif
Dengan kritik deskriptif kita bisa mengetahui suatu karya hingga ke seluk beluknya. Metode dari deskriptif ini dapat di kritisi secara induktif, dari hal yang umum ke khusus ataupun deduktif dari hal yang khusus ke umum. Metode kritik ini tidak bertujuan untuk pengembangan karya selanjutnya seperti metode impresionis yang menggunakan hasil kritik untuk karya selanjutnya.

      D.    Kekurangan Kritik Deskriptif
Hanya menjelaskan secara singkat tentang isi, proses, dan pencipta sebuah karya.

  Contoh Kritik Arsitektur Deskriptif

Stadion Nasional Beijing


Stadion ini lebih dikenal dengan Sarang Burung. Stadion (BNS) adalah Perusahaan patungan kalangan arsitek Jacques Herzog dan Pierre de Meuron dari Herzog & de Meuron, Arsitek proyek Stefan Marbach, artis Ai Weiwei dan CADG yang dipimpin oleh kepala Arsitek Li Xinggang. Stadion ini dirancang untuk digunakan diseluruh Olimpiade dan Paralimpiade Musim Dingin 2022. Stadion saat ini digunakan terutama untuk pertandingan sepak bola.


Terletak di Green Olimpiade, stadion ini menghabiskan biaya US $ 428.000.000. Desain diberikan kepada pengajuan dari perusahaan arsitektur swiss Herzog & de Meuron pada bulan April 2003 setelah proses penawaran yang mencakup 13 pengajuan akhir. Desain yang berasal dari studi tentang keramik cina dan Atap yang bisa dibuka, memberikan kesan staion seperti sarang burung. Pemimpin Artis Cina Ai Weiwei adalah konsultan artistik pada proyek. Atap yang bisa dibuka kemudian dihapus dari desain setelah inspirasi aspek yang paling dikenali stadion. Tanah rusak pada 24 Desember 2003 dan Stadion resmi dibuka pada tanggal 28 Juni 2008. Sebuah pusat perbelanjaan dan hotel yang direncanakan akan dibangun untuk meningkatkan penggguna stadion yang telah mengalami kesulitan menarik acara, sepakbola dan sebaliknya, setelah Olimpiade.


Tribun Timur dan Barat Stadion Nasional Beijing lebih tinggi dari Tribun Utara dan Selatan dalam rangka meningkatkan Sightlines. Stadion ini didesain awalnya berkapasitas 100.000 orang. Namun 9000 telah dihapus selama penyerderhanaan desain. Total baru 91.000 kursi dan dikurangin lagi sebanyak 11.000 kursi setelah Olimpiade 2008 menjadikan stadion ini memiliki kapasitas 80.000 kursi. Kursi terjauh adalah 460 kaki (140 meter) dari pusat lapangan. Suhu dan Aliran udara dari setiap permukaan yang dioptimalkan untuk meningkatkan ventilasi.


Stadion Nasional Beijing menjadi tuan rumah upacara pembukaan dan penutupan acara atletik dan sepakbola final Olimpiade 2008 dari 8 - 24 Agustus 2008. Stadion ini juga menjadi tuan rumah acara pembukaan dan penutupan acara atletis dari Paralimpiade Musim Panas 2008 dari 6 - 17 September 2008.


Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar